10 Aralık 2011 Cumartesi

ADA APA DENGAN TURKİ?

  Oleh: Dr. Mehmet Ozay
21.03.2011



Latar Belakang persengketaan tentara di Turki
         Tulisan ini bertujuan untuk memperkenalkan sekelumit informasi tentang hal yang melatarbelakangi konflik di bagian selatan Turki. Lagi lagi, saat ini, Turki berada dalam agenda media internasional dengan permasalahan terorisme dan reaksi militer menentang pemberontakan Kurdi di Iraq Utara. İni tentu bukan suatu hal yang baru.
         Terorisme merupakan suatu fenomena yang terjadi antara anggota sayap kiri dan kanan sejak tahun 1970-an. Kedua konsep ini perlu ditegaskan tetapi itu topik yang berbeda. Menjelang kudeta pada 12 September 1980, peperangan sipil berakhir. Selama masa ini, Turki berjuang keras untuk menjadi bagian dari negara-negara berkembang Eropa. Dan kehilangan sumber daya manusia, energi, dan mata pencahariannya selama hampir sepuluh tahun ini.
         Kemudian pada tahun 1985, pergolakan tentara lainnya dimulai di bagian tenggara Turki. Pemberontakan bangsa Kurdi. Mereka telah memproklamirkan diri sebagai aliran organisasi ‘Marxis-Leninis’ demi liberasinya. Jika kita menjelajahi sejarah, maka tak ada pemerintahan bernama Kurdi yang bisa ditemukan di Timur Tengah. karena Pada dasarnya, Mereka merupakan bagian dari kesukuan Turki yang berpindah dari Asia Pusat sejak abad ke-9 dan telah bergantung dibawah kekuasaan Turki sepanjang sejarah di Asia dan Asia Minor, Anatolia (sekarang wilayah ini disebut Turki).
Mayoritas masyarakat Kurdi diketahui sebagai pengikut mazhab Syafi’i yang hidup di berbagai wilayah, tak cuma di Turki, tapi juga di Iran, Iraq, dan Syiria. Pada akhir abad ke-19, yaitu abad ketika gelegak nasionalisme memanas, teriakan merdeka sering kali bermunculan. Namun sayangnya, gagal. Pada abad ke-20, era perang dingin, beberapa bagian kelompok dan negara-negara, khususnya Timur Tengah mendapat sokongan, baik dari AS atau dari SSCB (Uni Soviet) demi memperoleh pengaruh tertinggi. Dan sejak saat itu, mereka telah menjadi pion-pion pemerintahan super power tersebut. 
Dan pada tahun 1985 pula, Suku Kurdi, dibagian tenggara negara Turki memulai pergolakannya dengan menyerang personil militer dan rakyat sipil di desa-desa. Dari waktu ke waktu, wilayah pembunuhan semakin membesar, bahkan sampai ke kota-kota metropolitan, seperti Istanbul, Ankara, Izmir, Anatolia dan lain sebagainya. Mengapa pemberontakan mereka baru terangkat saat ini? Perang sipil berakhir dan era barupun muncul yang diawali dengan kedatangan Turgut Ozal, Perdana Menteri (1983-1989) dan kepala Partai Tanah Air. Tujuan Utama partai tersebut adalah menciptakan perkembangan bagi Turki dalam segala aspek, pendidikan, ekonomi, perdagangan dan sejenisnya. Namun tanpa dinyana dan terkesan mendadak, Terorisme terjadi dan mereka mendeklarasikan diri sebagai Aliran Markis-Leninis. Akan tetapi satu hal perlu diingat bahwa ideologi Marxis-Leninis akhirnya juga kandas dalam kurun waktu 5 tahun (1990) di dunia, diawali dari negara-negara Komunis Eropa Timur. Adalah suatu hal yang kontrovesi melihat Pemberontakan Kurdi terus berjalan dan bahkan akhir-akhir ini semakin memanas setelah beberapa saat yang lalu meredam.
Sejak tahun 2002 yang lalu, Turki sedang bertaruh untuk menyembuhkan kemacetan perekonomiannya. Kepemimpinan Recep Tayyib Erdogan, yang bergerak dari partai yang sebenarnya belum lama dibentuk, yaitu AKP (Partai Keadilan dan Perkembangan), telah berhasil mendulang sukses dan tampaknya mereka telah membuktikan bahwa perkembangan ekonomi adalah konsentrasi mereka saat ini, salah satu bukti pergerakannya adalah dengan berpartsipasi dalam keanggotaan EU (Eropa Union), dan sebagainya. Itulah sebab, mengapa Erdogan dan partainya memenangkan gelombang kedua dan dipercaya untuk memimpin negara. Lebih jauh lagi, Abdullah Gul, mantan menteri luar negeri dari kabinet AKP sejak 2003-2007 juga terpilih sebagai Presiden yang baru.
Meskipun sayap pemberontak politik mengirim beberapa anggotanya untuk pemilihan parlemen baru, para penentang yang berada di wilayah pegunungan Turki dan umumnya diwilayah utara Iraq tetap tak segan melancarkan serangan dan berangsur-angsur meningkat dibeberapa provinsi di Turki begitu juga dengan beberapa wilayah pedesaan. Sudah menjadi hal yang umum diketahui bahwa negara barat berada dibalik pemberontakan ini, secara politikkah atau militer. Mereka adalah penyedia senjata dan material lainnya. Keadaan ini sangat berdampak pada kestabilan Iraq dalam 5 tahun terakhir.
Pemerintahan Erdogan terlibat banyak dalam proses penanganan pemberontakan dan melakukan kontak langsung dengan Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir, karena wilayah tersebut umumnya dikuasai oleh tentara Amerika bukan Iraq. Bagaimanapun, pemerintah Turki tidak mendapat respon positif dari negara adidaya tersebut. İni merupakan salah satu sebab mengapa Turki sudah cukup bersabar untuk tidak bertindak secara langsung. Lebih jauh lagi, tak hanya pemerintah, serangan dan pembunuhan yang akhir-akhir ini terjadi telah menyulut reaksi dari seluruh masyarakat.
Tentu, wilayah Utara Iraq, sebagaimana diketahui, merupakan daerah otonomi. Akan tetapi tanpa pengaruh kekuatan barat, tak akan ada satu sukupun yang mampu melakukan aksi militer. Dalam hal ini, sungguh mengherankan bagaimana kelompok pemberontak Kurdi dapat memiliki perlengkapan senjata dan alat militer lainnya. Pasti, tak begitu sulit untuk menebak siapa yang berada dibalik semua ini.
  Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kondisi seperti ini berlangsung. Kita tak akan bisa memahami dengan baik jika tidak mempertimbangkan proyek Timur Tengah. Dalam sekitar satu dekade terakhir, baik dalam bahasa Turki ataupun Inggris, telah banyak artikel yang membahas proyek ini. Jika anda menelusuri internet,  ratusan bisa anda dapatkan, ataupun lebih. Bahkan beberapa diantaranya diluncurkan oleh institusi barat sendiri, Think-Tank. Pada hakikatnya, hal ini tidak hanya berkaitan dengan Timur Tengah tapi umumnya juga termasuk semua negara Islam, mulai dari Marokko sampai Indonesia. Ini telah menjadi salah satu agenda Timur Tengah dan dunia Islam, setelah peristiwa 11 September tahun 2001 lalu. Tujuan utama proyek ini adalah membentuk kembali komunitas Islam dan lebih jauh lagi, juga bertujuan untuk menggariskan kembali batas-batas negara Islam terutama Timur Tengah.
Apakah dunia politik bisa menjelaskan semua ini atau haruskah kita menjadikan para pemikir yahudi dan protestan garis keras di berbagai negara sebagai salah satu pertimbangan?. Juga diketahui secara ideologi bahwa dua aliran agama yang berbeda ini pada dasarnya saling mendukung satu sama lain, terutama selama periode Bush. Mari kita lihat buktinya. Sebagai suatu kepercayaan, keduanya memiliki opini berbeda tentang keberadaan Timur Tengah. Protestan garis keras mempersiapkan Timur Tengah untuk menyambut kedatangan kembali Yesus Kristus. Sedangkan para yahudi mengakui bahwa secara sejarah dan agama, mereka berhak untuk memiliki wilayah bagian di Timur Tengah sebagai ‘daerah yang dijanjikan’ yang disebut dalam kitab suci alquran.
Ya, anda memang benar. Permasalahan Kurdi saat ini merupakan permasalahan yang begitu rumit. Tak ada yang tidak sulit, bahkan dalam kehidupan kita sekalipun. Seluruh kenyataan yang dipaparkan diatas menunjukkan bahwa permasalahan suku Kurdi bukanlah problematika internal bangsa Turki saja tapi lebih kepada hubungan politiknya dengan kekuatan ‘besar’.
Sebagai suatu fenomena terakhir yang dapat saya tuliskan disini, saya ingin berbagi sesuatu yang berkenaan langsung dengan Aceh dan masyarakatnya. Sebagaimana yang saya ketahui bahwa baik Turki atau Indonesia sering kali menganggap bahwa alasan pergerakan GAM dan Kurdi adalah sama. İtu sama sekali tidak benar. Melihat hal ini saya berkesimpulan bahwa ide tersebut tentu datang dari kurangnya pengetahuan akan sejarah. Hanya satu yang diperlukan untuk memahami pergerakan ini, latar belakang keduanya sangat berbeda. Suku Kurdi tidak pernah mendirikan suatu pemerintahan apapun sepanjang sejarah, melainkan terus berada dibawah kekuasaan kekaisaran atau pemerintahan bangsa lain. Dan dalam berbagai kesempatan, mereka merupakan pion-pion yang dikendalikan oleh tenaga-tenaga ‘besar’. Berbeda halnya dengan Aceh, adalah salah satu naungan dari lima negara-negara muslim paling berpengaruh pada abad ke-16 dan 17. Kesultanan Aceh Darussalam tidak hanya seorang aktor bagi dunia Melayu tapi juga bagi seluruh Asia Tenggara. Dan Aceh memiliki hubungan yang sejajar dengan negara-negara lainnya di Samudra India, Timur Tengah, dan Eropa. Dengan kata lain, Aceh telah mewakili peradaban Islam di Asia Tenggara yang tidak pernah secara total dapat dikuasai penjajah. Lebih jauh lagi, ia menginspirasikan jiwa-jiwa independen masyarakat Indonesia dan menjadi sumber kekuatan pergerakan kemerdekaan. Sehubungan dengan hal ini, jika kita ikuti kata sejarah dan perjalanan sosialnya, pergerakan GAM dapat diterima sebagai kelanjutan Perang Sabil melawan penjajahan Belanda yang terjadi pada pertengahan kedua abad ke-19 dan awal abad ke-20, dan diikuti kembali dengan pergerakan Darul Islam yang semuanya mengarah pada pemerdekaan diri.
Apa yang telah hilang dari Turki selama masa pemberontakan 1985? Atau apakah tujuan ‘negara-negara besar’ mengarahkan Turki menghadapi kaum pemberontak tersebut? Tentu untuk menjawab pertanyaan semacam ini, merupakan topik yang berbeda. Bagaimanapun, untuk melengkapi tulisan ini, kita perlu memberikan jawaban singkat. Turki merupakan sebuah elemen kestabilan wilayah. Apabila Turki tidak seimbang, tentu akan berpengaruh pada wilayah-wilayah lainnya. 



Hiç yorum yok:

Yorum Gönder