10 Aralık 2011 Cumartesi

MERIAM TURKI

Meriam Lada Sicupak milik Kerajaan Turki yang kini berada di Desa Blang Balok, Kecamatan Peureulak Kota, Kab. Aceh Timur, perlu dilakukan renovasi secara sempurna guna mengenang kembali sejarah hubungan Kerajaan Aceh-Turki di masa lalu.

Sejarah mengungkapkan, meriam milik Kerajaan Turki ini merupakan salah satu alat perang berat yang digunakan Kerajaan Peureulak, Aceh, pada saat melawan kolonial Belanda dan bangsa Portugis pada tahun 700 M, ketika memasuki Aceh melewati lautan Samudera Peureulak.

Raja Peureulak, Ali Mughayatsyah, pada saat itu memerintahkan pasukannya untuk membeli sejumlah alat perang karena menurut Raja, kolonial Belanda akan melakukan penyerangan terhadap Aceh. Sejarah mencatat, puluhan para armada kapal langsung melakukan pelayaran dari Peureulak menuju Turki, namun mereka kesasar, perjalanan yang hanya ditempuh tiga minggu menjadi tiga bulan.

Lada yang dibawa dari Peureulak, Aceh, berkarung-karung yang diperkirakan cukup membeli ratusan senjata dan puluhan meriam, ternyata barang mahal (lada-red) tersebut hanya tinggal dua bambu (sicupak), dikarenakan telah dijual sedikit demi sedikit untuk bekal pada saat kesasar menuju Turki.

Sejarah mengatakan, sesampainya di Turki, para utusan kerajaan Peureulak, Aceh, tiba kembali ke Negerinya, Aceh, ternyata mereka hanya membawa satu pucuk meriam dari hasil pertukaran dengan sicupak lada yang tersisa.

Padahal seharusnya tidak cukup jika dihargakan sepucuk meriam itu dengan lada yang hanya tinggal sicupak, tetapi ini semua dilakukan karena untuk mengikat hubungan baik kerajaan Turki-Aceh. Sehingga dinamakan meriam lada sicupak yang kini hanya bisa dikenang oleh anak cucu pewaris kerajaan Peureulak, Aceh.

Panitia Pengurus Pembangunan Monument Meriam Lada Sicupak, Darmawan atau akrab disapa Ayah Wan, mengharapkan kepada Gubernur Pemerintah Aceh, drh. Irwandi Yusuf, BSC, untuk segera merenovasi dan pembangunan di lokasi itu. Hal ini menurut Ayah Wan, sebagai upaya melestarikan salah satu kebudayaan Aceh, sehingga bisa dijadikan salah satu objek wisata lokal, nasional dan internasional.

Hal ini dianggap perlu guna mengenang kembali sejarah hubungan baik kedua kerajaan ini pada masa kejayaan Aceh. Apalagi menurut Ayah Wan, letak rencana pembangunan dimaksud telah dikunjungi Dr. Mehmet Ozay dari Turki pada 10 Juli 2007, bahkan telah menjadi bahan seminar oleh pusat penelitian dan pengkajian kebudayaan Islam (P3Ki) IAIN ArRaniry, Banda Aceh tahun lalu.

Menurut Ayah Wan, sewajarnya Pemerintah Aceh melalui pemerintah daerah, memugar kembali sejarah itu, selain di sana terdapat Meriam Lada Sicupak yang ditemukan pada tahun 1976, juga terdapat Rapai Raja Peureulak, Ban Geurobak Becak pengangkut barang milik panglima perang Husen tahun 1860, dan Keris milik salah seorang raja Peureulak berkuasa.

Hiç yorum yok:

Yorum Gönder