Mehmet
Özay
2007
Cheng
Ho, seorang panglima laut dari ketujuh ekspedisi lautan. Jauh dari kisah
pelayarannya, baru-baru ini legendaris Cheng Ho sedang diperbincangkan oleh
para ilmuan kelautan maritim tentang kebenaran Cheng Ho yang telah menemukan
Benua Amerika sebelum pelayaran Christopher Colombus.
Khususnya,
Gavin Mendies, berumur 67 tahun dan seorang pensiunan kapal selam mengungkapkan
bahwa Cheng Ho telah menemukan Amerika sesuai dalam buku karangannya yang berjudul:
“1421: The Year China Discovered America”
Institusi-intitusi dan pusat-pusat
penelitian Cheng Ho telah dibangun hampir disemua negara-negara terkemuka. Namun
kehebatannya Belum terdengar sepenuhnya oleh masyarakat Turki meskipun pada
hakikatnya Cheng Ho adalah seorang keturunan asli Turki Uyghur dan juga seorang
muslim.[1]
Melalui tulisan kecil ini kami ingin sedikitnya memperkenalkan sosok Cheng Ho
sebagai seorang figur penting bagi perjalanan sejarah pelayaran.
Keluarga
Nama
asli Cheng Ho adalah Ma Ho, versi Cina untuk panggilan Muhammad. Ia dilahirkan
dalam keluarga muslim pada tahun 1371 di Kunyang-sekarang Jinning , profinsi
Yunnan, Cina Tenggara.[2]
Orangtua laki-lakinya bernama Hají Muhammad, dalam bahasa Cina disebut San-pao
t’ai chien, yang artinya Qadi Muhammad.[3]
Pendidikan
Ia
ditangkap setelah invasi tentara Cina pada tanggal 12 Agustus 1382 dan dididik
untuk menjadi seorang Kasim di
pengadilan kekaisaran Cina.[4]
Selama masa pendidikannya, ia mendapat kesempatan menjadi salah satu figur pemimpin
yang melayani penguasa dinasti Ming, Yung-Lo. Untuk beberapa waktu ia juga
bekerja sebagai Kasim di pengadilan ibukota, Beijing.[5]
Ia melanjutkan sekolahnya ke universitas Nanjing Taixue.[6]
Dua Tahun kemudian ia terpilih menjadi asisten Kaisar Yung-Lo. Bersama
kaisar tersebut ia ikut serta dalam berbagai macam peperangan. Salah satu peperangan
yang terjadi adalah ditargetkan untuk menjadikan Nanjing sebagai ibukota, Kaisar
Yung-Lo menyadari kemampuannya dalam mengatur strategi peperangan dan kemudian
memilihnya untuk menjadi seorang penasihat kaisar.[7] Sejak
itulah, ia mulai dikenal sebagai Zheng He (Cheng Ho).[8]
Penasehat dan Laksamana
Selain
menjabat sebagai kepala ajudan kaisar, Yung-Lo juga menganugrahkannya gelar
kehormatan Cheng (Zheng). Beberapa
saat setelah itu, Cheng Ho diangkat sebagai Laksamana armada Cina.[9]
Dengan mengepalai 7 pelayaran konvoi Cina antara 1405-1433, ia telah meletakkan
kekaisaran Cina sebagai armada termegah yang pertama dan yang terakhir di
lautan Asia dan samudra tanpa ada yang mampu menandingi.[10]
Cheng
Ho, Selama masa pelayaran tersebut, telah mengunjungi 37 negara dan bahkan
mencapai setiap pesisir di Afrika Selatan. Sebelum pelaut-pelaut Eropa,ia telah
mampu menjelajahi Tanjung Harapan[11].
Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia juga telah mengelilingi Samudra Atlantik.
Dalam semua pelayarannya ia telah menggunakan 317 kapal dengan ukuran yang
berbeda beserta 37.000 laki-laki. Kapal harta Karun ‘Boachuan’ berukuran
sekitar 122 metert dengan panjang 52 meter , dan lebar yang luar biasa. Keberadaan
kapal raksasa ini memberikan gambaran tentang teknologi maritim dan kecanggihan saat itu.[12]
Selama pelayaran ini, Cheng Ho
ditemani oleh Sanbao, seorang designer peta yang telah berjasa akan
perkembangan dunia kelautan.[13]
2000
kapal telah dirakit dalam galangan kapal di Nanjing demi pelayaran tersebut
yang terjadi antara tahun 1403-1419.[14]
Tabel dibawah ini menunjukkan nama para laksamana, armada, penumpang, dan
tanggalnya secara komparatif.[15]
Nama Tanggal Jumlah
Kapal Staff
Cheng
Ho (1405-1433)
Columbus
(1492)
Vasco
da Gama (1498)
Macellan
(1521)
|
48 - 317
3
4
5
|
28.000
90
±160
265
|
Armada
kapal yang bergerak ke arah Samudra barat diawali dengan pelayaran dari ibukota
negeri Cina, Nanjing. 3 dari konvoi tersebut telah direalisasikan selama masa
pemerintahan kaisar ke-tiga dari Dinasti Ming. Selama masa ekspedisi laut ini,
Cheng Ho telah berhasil menjejakkan kakinya di daerah-daerah sebagai berikut:
(Aden (1418, 1421), Ormudz (1414, 1421), Semenanjung Arab (1418, 1421), Afrika Timar
(1418, 1421), Dhufar (421).[16]
Cheng Ho juga menyempatkan diri untuk melaksanakan kegiatan Hajínya ke Mekkah
dalam salah satu pelayarannya.
Peta Kangnido telah digambar sebelum
ia memutuskan berlayar dan diketahuilah bahwa Cheng Ho memiliki pengetahuan
yang tinggi tentang Dunia Lama. Di bagian Samudra Barat, daerah-daeah jangkauan
pelayarannya tercatat telah berhasil memasuki Sumatra, Arab, Laut Merah (sampai
Mesir), pesisir pantai Afrika sampai perairan Mozambique dan Taiwán (7 kali).[17]
Hal
yang mengejutkan bahwa satu abad sebelum kedatangan Christopher Colombus di
Amerika, Cheng Ho telah sampai terlebih dahulu disana. Ma Huan, sekretaris
Cheng Ho yang juga seorang muslim mencatat segala hal yang berhubungan dengan
ketiga pelayaran tersebut dan menerbitkannya dengan judul Ying-Yai Sheng Lan (keseluruhan
surfey pesisir samudra).[18]
Cheng Ho di Aceh
Beberapa pelabuhan yang digunakan sebagai
pusat-pusat transit perdagangan penting seperti Pasai yang terletak di bagian
utara pulau Sumatra telah cukup dikenal dalam catatan sejarah. Pelabuhan ini
dihuni oleh berbagai ragam bangsa dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang
yang berurusan dengan bisnis perdagangan antara Cina(timur) dan Timur
Tengah(barat).
Pelabuhan
ini dianggap sebagai pusat perdagangan dikarnakan situasi politik dan hasil
kekayaan alam yang banyak dituntut oleh bangsa-bangsa lain di Eropa, Timur
Tengah dan Cina.
Selama
masa dinasti Ming (1360-1643) di Cina terutama pada akhir abad ke-14 Masehi,
Cina memiliki Angkatan laut yang tangguh. Saat itu Samudra Pasai dan Cina telah
menjalin hubungan yang damai. Sebagai salah satu bukti kedamaian ini Penguasa
kedua kerajaa ini telah saling mengirim Kapal dan Hadiah. Contohnya dengan
kunjungan Cheng Ho ke Samudra Pasai sebanyak 3 kali, yakni pada tahun 1405,
1414, dan 1430.[19]
Dalam
salah satu kunjungan ini, Cheng Ho membawakan hadiah berupa lonceng besar
sebagai persembahan dari Kekaisaran Cina kepada kerajaan Samudra Pasai. Lonceng
tersebut telah dibawa ke Banda Aceh selama proses penaklukkan Samudra Pasai
yang dilakukan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, Sultan pertama kerajaan Aceh
Darussalam pada tahun 1524.[20]
Sejak saat itu, Masyarakat Aceh menamakan lonceng itu dengan Cakra Donya dan
hingga saat ini, lonceng bersejarah tersebut masih dapat disaksikan di Museum
pusat kota Banda Aceh.
Selama
kunjungannya yang ke-dua, Cheng Ho ikut menyaksikan konflik politik yang
terjadi di Aceh saat itu. Kedatangan Cheng Ho kali ini telah tercatat dalam
sejarah Dinasti Ming sekaligus dengan pertikaian dalam Kerajaan Samudra Pasai.
Ketika perselisihan politik ini terjadi, Nahrasiyah, seorang putri Sultan
Zainal Abidin, sedang berada dalam tampuk kekuasaan. Sekelompok pihak yang
ingin menggulingkan pemerintahan Raja perempuan ini juga ikut menyerang Cheng
Ho dan bawahannya. Akan tetapi masyarakat Samudra Pasai beserta rekan-rekan
Cheng Ho mengadakan perlawanan dan berhasil menagkap Iskandar, pemimpim
pemberontakan Samudra Pasai, dan membawanya ke Cina.[21]
Kapankah Cheng Ho menemukan Benua Amerika?
Menurut
Gavin Menzies, Cheng Ho menemukan Amerika untuk memperlihatkan keberanian
kekaisaran Cina dengan membawa 300 kapal yang menumpangi ratusan ribu laki laki
selama masa Dinasti Ming.
Menzies
mengungkapkan bahwa Ho menemukan Benua Amerika dimana sebelumya telah jelas
bagaimana kemantapan hati mereka dalam menjelajahi lautan dan kemudian para
penemu-penemu lautan yang lainpun melakukan expedisi yang sama dengan bantuan
peta yang mereka temukan tenggelam.[22]
Khususnya,
pada permulaan Orde baru, dengan kata lain, dalam proses menuju masa
modern bahkan akan terlihat begitu tak
berharga jika membandingkan: keseluruhan kapal milik Christopher Colombus dan
Da Gama apabila digabungkan maka dapat disimpan dalam salah satu dek dari satu
kapal armada pelayaran Cheng Ho.
Armada-armada
ini, terlepas dari apakah selama periode pemerintahan dinasti Ming, Benua
Amerika ditemukan atau tidak adalah sesuatu yang signifikan dan mengejutkan jika
kita pertimbangkan jumlah kapal, awak kapal dan jarak, dan juga memberikan
deskripsi tentang kemajuan maritime kala itu.
Kesuksesan
pelayaran-pelayaran ini tidak hanya penting untuk sejarah pada jaman dahulu,
tapi juga sekurang-kurangnya untuk seratus ribu tahun mendatang. Bagi dunia
barat, hal ini begitu penting demi tercapainya kebutuhan sumber penelitian dan
sekaligus menjadi contoh bagi pelaut-pelaut Eropa.
Sejak
saat itu, peta-peta dan pelaut-pelaut Arab yang telah banyak menbantu pelayaran
Eropa dianggap telah memberikan sesuatu yang berharga demi tercapainya makna akumulasi
pengetahuan global .
Wafat
Cheng
Ho wafat ketika sedang berada dalam pelayarannya sekitar lautan India menuju
Cina pada tahun 1433.[23]
Oleh karma itu, di Nanjing telah dibangun sebuah pekuburan khusus untuk
mengenang keberadaan Cheng Ho.[24]
Artikel ini diterbitkan di “Buletin Haba”, Sejarah Maritim,
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, Banda Aceh, 2007, No. 44, Hal.
43-46.
[1] Rozario,
Paul, Zheng He and The Treasure Fleet
(1405-1433)-, SNP Editions, Singapore, 2005, s. 36.
[2] Viviano, Frank, 2005, China’s
Great Armada, National Geographic,
July, p. 34-36; Leslie, Daniel, Donald, 1986, Islam in Traditional China: A Short Story to 1800, Canberra College
of Advanced Studies, Australia, p. 85-108.
[3] Leslie,a.g.e., p. 108.
[4] Viviano, a.g.e., p. 36.
[5] Perkins, Dorothy 1999, Encyclopedia of China -
The Essential Reference to China ,
its History and Culture-, Fitzroy Dearborn Publishers, Chicago , p. 621.
[6] http://www.en.wikipidia.com
[7]
http://news.bbc.co.uk./go/pr/fr/-/2/hi/asia-pasific/4593717.stm
[8] SaudiAramco World, “The Admira
Zheng He”, July/August 2005, p. 45.
[9] Chang, Yusuf Haji, ”A Ming
Emperor well-kept secret”, Al-Nahdah-Muslim
News and Views-, July/Desember 1998, Kuala Lumpur, p. 56.
[10] Hucker, O., Charles, 1975 ,
China ’s Imperial Past, Stanford University
Press, Stanford, p. 291.
[11] Perkins, a.g.e., p. 621.
[12] Viviano, a.g.e., p. 35.
[13]http://www.easc.indiana.edu./pages/easc/curriculum/china/1996/EACPWork
Book/gift/intro.htm
[14] Fairbank, King John, China- A New History-, 4th Edition, The
Belknap of Harvard University Press, Cambridge.
[15] http://www.
international.ucla.edu/print.asp?parentid=10387
[16] Gladney, C., Dru,1991, Muslim Chinese-Ethnic Nationalism in the
People’s Republic, Council on East Asian Studies, Harvard University, p. 379.
[18] Hall, D.G.E., 1987, A History of South East Asia, 4th
Edition, Macmillan Asian Histories Series, London , p. 103.
[19] Hadi, Amir’ul, 2004, Islam and State in Sumatra, A Study of Seventeenth
Century Aceh-, Brill, Leiden, p. 17.
[20] Arif A., Kemal, 2006, Ragam Citra Kota Banda Aceh- Interpretasi
Terhadap Sejarah, Memori Kolektif Dan Arketipe Arsitekturnya-, Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung, p. 113.
[21] Alfian, T., Ibrahim, Ratu
Nahrasiyah, 1994, in
Prominent Woman in the Glimpse of History
(Wanita Utama Nusantara- Dalam Lintasan Sejarah), Ismail Sofyan, M. Hasan
Basry, T. Ibrahim Alfian, (Ed.), First Edition, Jakarta Agung Ofset, p. 20.
[22] Menzies, Gavin, 2003, 1421: The Year China
Discovered America ,
William Morrow, New York .
p. 388.
[23] http://www.time.com
[24] Leslie, a.g.e., p. 108.
Hiç yorum yok:
Yorum Gönder