7 Nisan 2023 Cuma

Berkesinambungan: Bagasi Damai Iran-Arab Saudi dan Cina

Mehmet Özay                                                                                                                            06.04.2023

Pembicaraan tentang Cina dan perdamaian adalah hal yang tidak sering terhidang hingga perkembangan baru baru ini. Pemerintah Cina yang sukses meyakinkan Iran dan Saudi Arabia untuk duduk dalam satu meja dan menyepakati perdamaian telah menguatkan bahwa ada jalan baru untuk hubungan internasional global. Para pengamat tentu saya bergegas mendiskusikan persaingan Amerika dengan Cina.

Kesepakatan 10 Maret di Beijing yang dipimpin oleh Wang Yi, diplomat top Cina, adalah fase baru dalam proses perdamaian Timur Tengah, yang berhasil membuktikan kerja keras yang historikal sekaligus membangun rasa optimis dalam hubungan internasional saat ini.

Meskipun pemerintah Cina diundang untuk menjadi perantara perdamaian oleh Saudi dan Iran, setelah beberapa keterlibatan awal melalui berbagai negara regional seperti Irak dan Oman, proses tersebut dilakukan secara konstruktif oleh birokrat urusan luar negeri Cina. Undangan ini telah menunjukkan posisi kuat Cina dalam hubungan Internasional Timur Tengah. Prestise politik global ini mendukung dengan pernyataan Qin Gang, Menteri Luar Negeri Cina, bahwa elit politik Cina telah mendapatkan kepercayaan diri sebagai pembawa perdamaian di kancah global.

Kesepakatan ini menuai kembali harapan untuk membangun Timur Tengah yang damai. Namun juga merupakan kenyataan pahit bahwa masih banyak persoalan yang harus diatasi antara Saudi dan Iran seperti, peningkatan hubungan bilateral, solusi rasional terhadap konflik Yaman, situasi di Lebanon dan sebagainya. Kesepakatan dan persoalan-persoalan yang menunggu resolusinya tentu tidak mudah diakhiri dalam waktu singkat.

Di sisi lain, tindakan nyata pertama adalah pembukaan kembali kantor misi kedua negara setelah jeda tujuh tahun di masing-masing negara dalam beberapa bulan mendatang. Dan selanjutnya, langkah yang akan datang adalah mempraktekkan pasal-pasal yang relevan dalam Perjanjian Umum untuk Kerja Sama (1998) dan Perjanjian Kerjasama Keamanan (2001) dan perjanjian antara Saudi dan Iran untuk meningkatkan proses perdamaian.

 

Ketentraman Global adalah prioritas selanjutnya

Faisal bin Farhan, Menteri Luar Negeri Saudi, menekankan, sesaat setelah kesepakatan, agar terwujudnya “kemakmuran dan stabilitas bagi semua orang di kawasan” telah cukup membesarkan harapan bahwa kesepakatan adalah langkah positif, setidaknya bagi pencegahan potensi konflik militer terbuka antara Saudi dan Iran.

Di luar semua hal lainnya, proses ini memiliki pandangan dan kabar baik bagi komunitas global yang menginginkan perubahan mendesak dalam hubungan internasional, sebagaimana perkembangan pesimistik disebabkan bermacam faktor seperti perang dagang antara AS dan Cina, Covid -19, Perang di Ukraina-Rusia, bangkrutnya bank-bank Eropa, krisis ekonomi global dan sebagainya. Belum lagi soal rasa percaya antara Saudi dan Iran yang masih diragukan kekuatannya.

Meskipun proses perdamaian antara dua negara Muslim terus-menerus dimoderasi oleh berbagai negara kawasan seperti Kuwait, Pakistan, Irak, dan Oman hampir dalam 8 tahun terakhir sejak pemerintahan Donald Trump, yang kebijakannya menargetkan Iran secara implisit atau eksplisit, demi mendukung langkah-langkah keamanan Israel. Perangkat ketahanan Pemerintahan Amerika dibawah kepemimpinan Trump mendorong persekutuan dengan Saudi, khususnya, melalui kesepakatan senjata yang kemudian memperburuk perdamaian regional secara signifikan, dengan pertimbangan menggiring permusuhan lebih dalam dengan Iran.

Keberhasilan Cina dalam perdamaian Iran dan Arab Saudi menggelitik para pemerhati hubungan internasional soal apa sebetulmnya yang membedakan kebijakan AS dan Cina soal Timur tengah. Tentu secara gambaran besar, keberpihakan Amerika pada Saudi dijurui oleh keuntungan dari persenjataan tingkat tinggi sembari secara berangsur “memukul samping” Iran. Sedangkan Cina memiliki kebijakan yang sangat pragmatis, yaitu tidak memihak salah satu negara tersebut.

Jika dilihat secara kumulatif, keterlibatan pemerintah Cina dalam proses perdamaian Timur Tengah mungkin akan menyebabkan Cina dan hampir seluruh negara kawasan memiliki kesamaan poin yang saling menguntungkan. Dalam perspektif ini, akan terlihat jelas bahwa akan ada banyak proses perdamaian yang konstruktif dalam konflik Yaman dalam waktu dekat.

Kegagalan Amerikalah yang membuka pintu meroketnya pengaruh Cina, padahal ia adalah aktor baru dalam politik regional. Negara-negara Timur Tengah akan menerima upaya Cina tanpa prasangka yang berarti disebabkan oleh putihnya jejak rekam Cina dalam soal perdamaian.

Melalui langkah strategis 10 Maret, pemerintah Cina bertujuan untuk merekonstruksi tidak hanya antara Arab Saudi dan Iran tetapi juga akan berdampak lebih besar di Timur Tengah, dari Maroko hingga Pakistan.

 

Menang bersama

Bagi Cina sendiri, ini memang langkah yang sangat praktis dalam banyak hal. Dengan demikian, pada tahap yang sangat kasat mata, perundingan perdamaian ini lebih bermakna untuk mengamankan impor sumber daya alam dari kedua negara di Timur Tengah tersebut.

Orang mungkin berpikir bahwa peran Cina di Timur Tengah mungkin mengejutkan banyak kalangan. Namun, langkah politik pemerintah Cina dalam hubungan internasional baru-baru ini membuktikan bahwa Cina tidak hanya memposisikan dirinya untuk ikut serta dalam kompetisi dan keamanan energi (dalam lingkup militer) sebagai negara importer dari Timur Tengah.

Analis politik telah mengamati perubahan dan kemajuan bertahap dalam minat pemerintah Cina terhadap politik Timur Tengah dalam kerangka yang berbeda. Sebagaimana telah banyak diamati, Cina menunjukkan konsistensi yang kuat untuk menjadi kekuatan dunia dalam beberapa dekade terakhir. Elit politik Cina pun telah memahami bahwa Timur Tengah adalah geografi yang harus terus-menerus dilibatkan secara baik, tidak hanya dalam konflik dan perdamaiannya.

Sebagai perantara perdamaian Timur Tengah, Cina kini menjadi partner yang sangat penting. Tidak salah jika terdapat argument bahwa Cina hampir mewujudkan citarasa pengaruhnya di dunia global yang secara alamiah harus mempertimbangkan Kembali proyeksi kerangka kerja dan keamanan Amerika di seluruh kawasan.

Akhirnya tanpa lupa mengakui meskipun fase baru ini tidak bisa terjadi tanpa keterbukaan Iran dan Arab Saudi yang mengundang Cina sebagai pihak penengah, Ketiga pihak diharapkanbisa  menindaklanjuti secara berkelanjutan persoalan-persoalan yang masih ada hingga stabilitas dan keamanan semua negara dapat terjamin dalam waktu lama. 

https://epaper.waspada.id/epaper/waspada-kamis-6-april-2023/

Hiç yorum yok:

Yorum Gönder