Mehmet Özay 27 Januari 2014
Ken Yang adalah
seorang pelukis Malaysia lahir di Perak dan berumur 35 tahun. Ia melanjutkan
hidupnya selama 15 tahun di Paris. Dengan menamai dirinya sebagai pelukis
kerajaan, Ken Yang, barangkali disebut sebut sebagai seorang yang arogan, namun
pada hakikatnya, label itu sangat berkaitan dengan etnik dan gaya berseninya,
renaisans Italia.
Pameran
lukisannya telah digelar sejak 28 Oktober 2013 hingga 31 Januari 2014 di “National
Visual Art Gallery” di Kuala Lumpur. Eksibisi ini mewakili pengalamannya selama
hidup di Paris dan Kuala Lumpur. Sebab itulah temanya berjudul “Paris-Kuala
Lumpur”. Ada dua kategori dalam pameran ini, yang pertama adalah objek denga
cirri khas Paris yang kental. Yang kedua
adalah portrait-portrait kesultanan dan individual Melayu di Malaysia. Pada
kenyataanya kedua kategori tersebut
adalah deskripsi perantauan personalnya dari dunia renaissans di Paris
hingga kembali ke kampong halamannya. Kurator pameran ini berasal dari Syiria, Khawajah Musa Hoshi, yang hidup di Paris selama 20 tahun.
Keunikan dari
pameran ini adalah teknik dan gaya renaisans yang untuk pertama kalinya
dibakatkan oleh warga negara lokal, disamping eksibi tersebut adalah yang
paling mahal yang pernah dilakukan oleh “National Visual Art Gallery”. Selain
itu, pameran ini juga mengeluarkan Katalog galeri yang diterbitkan dengan
kolaborasi 4 institusi terkemuka seperti kementrian pariswisata dan budaya,
Kementrian pertahanan, Kementrian Militer Malaysia, dan “National Visual Art
Gallery”. Perwakilan elit dari institusi
ini juga menulis kata pengantar . Sebagai tambahan, Duta besar Prancis untuk
Malaysia, Martine Dorance ikut menyatakan kekagumannya lewat ucapan pengenalan
yang termasuk dalam katalog, beriringan dengan kalimat kalimat kekaguman
lainnya dari Mantan menteri pariwisata dan budaya Malaysia, Dr. Rais Yatim.
Rais Yatim dalan ucapannya menyebutkan setiap individual dari berbagai kelas di
Malaysia perlu berbangga dengan keberadaan Ken Yang yang merupakan profil
menarik dengan bakat yang luar biasa dalam menerjemahkan pikiran-pikiran seni
lukisannya.
Pameran tersebut
dibuka dengan portrait Sultan Federal Kedah, Abdul Halim Syah, berserta
istrinya. Lukisan lukisan penting lainnya termasuk 3 perempuan Malaysia yang
mewakili konsep 1 Malaysia, bersatu
dalam keberagaman identitas.
Mehmet Ozay
telah mengunjungi dan merekam eksibisi ini dengan bantuan Ken Yang yang juga
bersedia diwawancarai. Kegiatan ini akan ditayangkan pada minggu akan datang di
stasiun TV nasional Turki. Ada kemungkin Ken Yang akan mengunjungi Turki dalam
rangka membangun hubungan seni antara Turki dan Malaysia. Sebagaimana yang dia
sebutkan dalam wawancara, dia tidak hanya akan melanjutkan lukisan lukisannya
tentang keistanaan tapi juga kecantikan alam
Malaysia melalui teknik dan
gayarenaissans. Mehmet Ozay berpikir, mengapa tidak Ken Yang mengunjungi Aceh?
Karena Aceh masih merupakan salah satu keperawanan dunia Melayu. Meskipun bagi
sebagian orang, Ken Yang dianggap sedikit arogan tapi ia adalah seorang yang
murah hati dan peramah. Misalnya, ketika ia diundang untuk wawancara, awalnya
dia menganjurkan untuk bertemu di ‘Fahrenheit’di Bukit Bintang yang ‘berkelas’
tapi kemudian Mehmet Ozay mengusulkan untuk bertemu di Kampung Baru yang kumuh.
Usulan yang tampa ragu langsung ia terima.
Hiç yorum yok:
Yorum Gönder